Sabtu, 16 Januari 2010

GARA HP SISWI BUNTING



Saturday, 21 June 2008
GLOUCESTER – Surya-Ada kejadian mencengangkan bagi SMA Gloucester, AS. Tak kurang dari 17 siswa putri hamil dalam waktu bersamaan. Yang mengejutkan, kehamilan itu disengaja. Mereka memang sepakat hamil. Ada yang menganggap berita itu bohong. Namun yang percaya menyalahkan film Juno dan Knock Up karena dianggap memberi pengaruh buruk. Kedua film yang mengisahkan kehamilan di luar perkawinan itu tergolong laris.

Menurut kepala sekolah SMA Gloucester, Joseph Sullivan, beberapa guru melihat keanehan sejak Oktober tahun lalu. Banyak siswa putri mendaftar ke klinik sekolah untuk menjalani tes kehamilan.

Ini berlangsung hingga Mei. Beberapa siswa bolak-balik ke klinik untuk menjalani tes yang sama atau minta hasilnya. “Beberapa siswi tampak jengkel karena hasilnya negative. Sebaliknya yang dipastikan hamil terlihat senang,” kata Sullivan.

Hampir separo dari ke-17 siswi yang hamil akhirnya mengakui bahwa mereka sepakat untuk hamil dan membesarkan anak bersama-sama. Yang menyedihkan usia mereka belum genap 16 tahun.
Keprihatinan para guru kian dalam setelah mengetahui jatidiri para pria yang menghamili siswa-siswa mereka. “Salah satunya berumur 24 tahun dan lontang-lantung,” kata Sullivan dengan nada prihatin.

Gloucester merupakan kota nelayan di negara bagian Massachusetts. Populasinya sekitar 30.000. Warga kota sangat terguncang akibat kondisi itu. Apalagi data menunjukkan peningkatan 3 persen kehamilan di kalangan remaja.

Tak hanya sepakat hamil bersama, anak-anak itu juga merencanakan membuat baby shower (mirip tradisi tingkeban Jawa) bareng. Tapi mereka, juga orangtua masing-masing, menolak diwawancarai.

Pengawas sekolah Christopher Farmer mengatakan, Kamis (19/6), remaja-remaja putri itu ‘membuat kesepakatan untuk hamil’. Menurut Farmer, kebanyakan dari mereka ’siswa yang kurang percaya diri dan kasih sayang’.

“Mereka kurang percaya diri, tidak punya tujuan hidup serta arah,” ujar Farmer. “Banyak perempuan muda yang menginginkan dan membutuhkan perhatian dan kasih sayang.”
Pendapatnya sesuai kesaksian seorang alumnus SMA Gloucester bernama Amanda Ireland. Remaja 18 tahun itu juga punya anak di luar pernikahan. Beberapa temannya, yang kini juga hamil, dulu sering mendatanginya. Mereka bilang Ireland beruntung sudah punya anak.

“Sekarang mereka sangat bahagia karena akhirnya ada yang akan mencintai mereka tanpa syarat,” ujar Ireland. “Saya mencoba menjelaskan beratnya merasa dicintai saat bayi kita menangis tengah malam dan minta disusui.”

Sekolah itu mungkin terlalu baik pada ibu-ibu usia dini itu. Pada pelajaran pendidikan seks yang diberikan di akhir tahun pertama, mereka didorong untuk membawa anak-anak bayi mereka ke tempat penitipan anak di sekolah. Layanan itu bebas biaya. Tak heran jika kereta-kereta bayi berseliweran di selasar sekolah.

“Kami bangga bisa membantu para ibu muda agar tak meninggalkan sekolah,” kata Sue Todd, bos Pathways for Children, lembaga yang mengelola tempat penitipan bayi itu.

Sebenarnya pencegahan kehamilan dini diusulkan oleh direktur klinik sekolah Dr Brian Orr dan kepala perawat Kim Daly. Mereka mengusulkan pembagian alat kontrasepsi setelah tak kurang dari 150 siswa minta uji kehamilan di klinik itu.

Namun usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Walikota Carolyn Kirk. Dokter Orr dan Kim Daly pun mengundurkan diri 30 Mei lalu.

Dalam waktu dekat komite sekolah Gloucester akan mengadakan pemungutan suara untuk memutuskan perlu tidaknya pembagian alat kontrasepsi. Namun hal itu tidak bisa menyelesaikan masalah keinginan hamil para siswa putri.
“Karena tidak ada pilihan lain yang lebih baik,” ujar Kacia Lowe, teman sekelas beberapa siswa pengikut kesepakatan hamil. time/wbz/kis

di kutip dari Surya

0 komentar:

Posting Komentar